Fenomena Delirium di Drama Korea ‘Light Shop’: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Otak Kita?
Drama Korea Light Shop menggambarkan fenomena delirium dengan alur yang memberikan gambaran menarik. Dalam dunia nyata, delirium dapat menurunkan imunitas tubuh melalui stres berlebihan, gangguan tidur, dan respons peradangan yang berlebihan, sehingga membutuhkan penanganan menyeluruh untuk mencegah dampak jangka panjang.
Drama Korea seringkali menghadirkan alur cerita yang kompleks dan memukau, namun juga menyoroti isu-isu kesehatan mental yang jarang dibahas. Salah satunya adalah Light Shop, sebuah drama dengan alur unik yang membawa penonton ke dunia penuh ilusi dan kebingungan melalui tokoh utama yang mengalami fenomena delirium. Dalam cerita ini, tokoh protagonis berjuang menghadapi realitas yang kabur, perasaan tidak menentu, dan pengalaman sensorik yang tidak biasa.
Delirium sering kali digambarkan secara dramatis dalam film dan serial, tetapi apa sebenarnya yang terjadi di otak saat seseorang mengalami kondisi ini? Dalam dunia medis, delirium adalah sebuah sindrom yang ditandai dengan gangguan perhatian, kesadaran, dan kognisi yang muncul secara tiba-tiba dan sering kali disebabkan oleh masalah kesehatan fisik atau psikologis. Namun, representasi delirium di layar kaca dapat menjadi jendela untuk memahami dampaknya dalam kehidupan nyata. Artikel ini akan menjelaskan apa itu delirium, bagaimana drama Light Shop menggambarkannya, dan apa yang sebenarnya terjadi di otak saat fenomena ini terjadi.
BACA JUGA: Pecinta Jambu Biji Wajib Tahu! Apa Risiko Biji pada Kesehatan Anda?
Apa Itu Delirium?
Delirium adalah gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perubahan mendadak dalam kemampuan seseorang untuk berpikir, fokus, atau memahami lingkungan sekitarnya. Kondisi ini sering kali bersifat sementara, tetapi jika tidak ditangani, dapat berdampak serius pada kualitas hidup seseorang.
Ciri-Ciri Delirium:
- Gangguan Kesadaran: Sulit untuk tetap fokus atau memperhatikan sesuatu.
- Perubahan Kognitif: Kebingungan, kehilangan orientasi, atau masalah memori yang muncul tiba-tiba.
- Halusinasi: Melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata.
- Perubahan Emosional: Kecemasan, paranoia, atau bahkan agresi.
Delirium sering kali disebabkan oleh faktor seperti infeksi, cedera otak, efek samping obat, atau stres fisik dan emosional yang ekstrem.
Apa yang Terjadi di Otak Saat Mengalami Delirium?
Delirium melibatkan gangguan dalam koneksi saraf di otak, terutama di area yang bertanggung jawab atas perhatian, kesadaran, dan pengendalian emosi. Berikut adalah beberapa proses yang terjadi:
- Disfungsi Neurotransmitter: Ketidakseimbangan zat kimia otak, seperti asetilkolin dan dopamin, dapat mengganggu komunikasi antar sel saraf.
- Gangguan Aliran Darah ke Otak: Penurunan suplai oksigen atau glukosa ke otak dapat menyebabkan disorientasi dan kebingungan.
- Peradangan: Infeksi atau peradangan di tubuh dapat mempengaruhi fungsi otak, terutama pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Stres Psikologis dan Trauma: Pengalaman traumatis dapat memicu respons stres yang berlebihan, yang dapat memperburuk kondisi delirium.
Lalu, Apakah Bisa Delirium Mempengaruhi Imunitas Tubuh?
Adapun beberapa hal yang dapat mempengaruhi Delirium dengan imunitas tubuh kita. Berikut ini penjelasannya:
- Stres Fisik dan Psikologis yang Berlebihan : Delirium sering terjadi akibat stres fisik, seperti infeksi, operasi, atau trauma. Stres ini memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang dalam jangka panjang dapat menekan fungsi sel imun seperti sel T dan mengurangi produksi antibodi. Akibatnya, tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.
- Gangguan Siklus Tidur dan Istirahat : Orang dengan delirium sering mengalami kesulitan tidur. Pola tidur yang tidak teratur yang dimana waktu sistem imun memperbaiki dan memproduksi komponen penting seperti sitokin. Gangguan tidur mengurangi efektivitas sistem imun untuk melawan patogen.
- Peningkatan Respons Peradangan : Delirium sering dihubungkan dengan respons inflamasi sistemik yang berlebihan. Peningkatan produksi protein inflamasi seperti interleukin-6 dan tumor necrosis factor-alpha. Peradangan yang berlebihan dapat merusak jaringan sehat dan mengurangi efisiensi sistem imun.
- Ketidakseimbangan Mikrobiota Usus : Delirium, terutama pada pasien usia lanjut atau yang dirawat di rumah sakit, sering diikuti oleh perubahan mikrobiota usus akibat penggunaan antibiotik atau pola makan yang buruk. Mikrobiota usus memainkan peran penting dalam mendukung imunitas. Bahkan, ketidakseimbangan mikrobiota dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan memicu peradangan kronis.
- Efek Obat-Obatan : Obat-obatan yang sering digunakan untuk menangani delirium, seperti obat penenang atau antipsikotik, dapat mempengaruhi sistem imun secara tidak langsung, misalnya dengan menekan respons imun atau mengganggu metabolisme tubuh.
- Penurunan Kognitif yang Menghambat Perawatan Diri : Pada individu dengan delirium, disorientasi dan gangguan konsentrasi membuat mereka sulit untuk menjaga pola makan sehat, hidrasi, atau mematuhi pengobatan. Kebiasaan ini melemahkan imunitas tubuh lebih jauh.
Delirium bukan hanya gangguan mental, tetapi juga kondisi yang memiliki dampak luas pada sistem imun. Kombinasi stres, peradangan, dan faktor lain yang menyertai delirium dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, penting untuk segera menangani delirium dengan pendekatan lebih dalam, mencakup dukungan medis, nutrisi, dan pengelolaan stres. (ANF)
ARTIKEL TERKAIT :
Mengintip ‘Pasukan’ Tubuh: Siapa Saja yang Melindungi Kita dari Penyakit?